Pernah dengar istilah Inner Child? Di tahun 2023 ini, istilah Inner Child kerap populer dalam topik psikologi ataupun pengembangan diri. Ternyata, trauma pas dewasa yang kamu rasakan bisa jadi karena luka Inner Child loh, Teman Ruhee. Yuk, kita bahas lebih lanjut serta bagaimana peran journaling untuk pemulihan diri kamu.
Apa itu Inner Child?
Inner Child adalah sisi dari diri kita yang jarang kita sadari, tersembunyi di alam bawah sadar kita yang mengumpulkan memori atau pengalaman dari masa lalu kita. Tepatnya, momen ketika kita belum mampu sepenuhnya memahami makna suatu kejadian, baik secara mental maupun emosional.
Inner Child membawa ‘harta karun’ berupa emosi, kenangan, dan keyakinan dari masa lalu kita, serta aspirasi dan impian untuk masa depan. Kamu mungkin melihat Inner Child sebagai representasi diri kamu pada saat masih kecil, tahapan perkembangan kehidupan yang telah kamu lalui, atau simbol impian masa muda dan keceriaan.
Memahami Inner Child
Merasakan kegembiraan masa kanak-kanak dapat menjadi cara terbaik untuk menghadapi masa-masa sulit. Tapi, sayangnya nggak semua masa kanak-kanak seseorang dipenuhi dengan keceriaan. Mungkin ada beberapa yang mengalami penolakan, trauma, atau emotional pain lainnya. Sadar nggak sadar, inilah yang kemudian yang mempengaruhi karakter kamu ketika beranjak dewasa.
Mungkin kamu selama ini mengubur dalam-dalam perasaan tersebut untuk melindungi dirimu. Tapi kenyataannya, menyembunyikan rasa sakit tidak menyembuhkannya. Bisa saja di masa dewasamu, kamu mengalami kesulitan dalam membangun hubungan dengan orang lain atau menentukan keinginanmu. Belajar untuk memahami Inner Child kita dapat membantu menyelesaikan masalah tersebut.
Peran Journaling untuk Pemulihan Diri
Untuk membantu kamu melalui proses healing, cobalah mengenali, memahami, dan menyadari keberadaan Inner Child kamu. Bayangkan proses saat kamu ‘berdialog’ dengan Inner Child kamu sebagai bagian dari pencarian jati diri.
Banyak orang yang telah mencoba menulis journal merasa bahwa cara ini sangat membantu mereka untuk ‘berdialog’ dengan Inner Child. Sama seperti journaling dapat membantu kamu mengenali pola dalam kehidupan dewasa yang ingin kamu ubah, membuat jurnal dari sudut pandang Inner Child dapat membantu kamu mengenali pola-pola kehidupan yang terasa sejak masa kecil.
Dengan journaling, kamu bisa membuka diri kamu tanpa takut di-judge. Kamu bisa lebih terbuka, jujur, dan menjadi diri kamu se-apa-adanya.
Bagaimana Cara Memulai Journaling untuk Berdialog dengan Inner Child
Setelah membuka pintu untuk membangun koneksi dengan Inner Child kamu, penting sekali untuk mengetahui apa saja perasaan yang muncul. Fokus pada perasaan dengan emosi yang kuat, seperti rasa nggak nyaman atau luka lama.
Kamu bisa mengidentifikasi perasaan-perasaan sejenis ini:
- Marah atau keinginan yang tidak terpenuhi
- Penolakan
- Insecurity
- Rasa bersalah atau malu
- Rasa cemas
Jika kamu bisa mengetahui kejadian apa yang menyangkut ke perasaan itu, kemungkinan kamu bisa tahu kejadian serupa apa di masa dewasamu yang menimbulkan perasaan yang sama.Misalnya, cara kamu marah dengan membanting pintu kamar ketika pasangan kamu tidak meluangkan waktu untuk kamu. Bisa jadi di masa kecil, orang tuamu pernah melakukan hal yang sama ke kamu.
Nah, ketika kamu menyadari perasaan-perasaan tersebut, cara terbaik adalah menuliskannya. Kamu bisa mulai journaling kamu dengan menulis surat kepada Inner Child kamu.
Beberapa rekomendasi penulisan journaling yang bisa kamu coba adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
- Bagaimana perasaanmu?
- Bagaimana aku bisa membantumu?
- Apa yang kamu butuhkan dariku?
Tidak perlu dijawab sesegera mungkin, kamu bisa memikirkan baik-baik jawaban dari pertanyaan itu. Ketika sudah menemukan jawabannya, kamu bisa segera menuliskannya di journal kamu.Tidak perlu terlalu banyak yang dipikirkan ketika kamu menulis di journal, ya, Teman Ruhee. Biarkan pikiranmu berjalan sebagaimana adanya, untuk membantu memulihkan rasa sakit Inner Child kamu.
Selamat memulihkan diri, Teman Ruhee.